Apa Arti Lavender Marriage: Pengertian, Sejarah, dan Dampaknya
Diterbitkan:
 
        apa arti lavender marriage
Kapanlagi.com - Istilah lavender marriage atau pernikahan lavender mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, fenomena ini telah ada sejak awal abad ke-20 dan masih relevan hingga saat ini, terutama di kalangan selebritas dan tokoh publik.
Untuk memahami apa arti lavender marriage, kita perlu melihat konteks sosial dan budaya yang melatarbelakanginya. Pernikahan jenis ini sering kali menjadi solusi bagi individu yang menghadapi tekanan sosial terkait orientasi seksual mereka.
Menurut The Queer Encyclopedia of Film & Television oleh Claude J. Summers, istilah ini berasal dari awal abad ke-20 dan digunakan hampir secara eksklusif untuk mencirikan pernikahan selebritas tertentu, terutama sebelum Perang Dunia II ketika sikap publik membuat seseorang yang mengakui homoseksualitas tidak mungkin mengejar karier publik.
Advertisement
1. Pengertian dan Definisi Lavender Marriage
Lavender marriage adalah pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang dilakukan sebagai kedok untuk menyembunyikan orientasi seksual nonheteroseksual dari salah satu atau kedua pasangan. Pernikahan ini biasanya tidak didasari oleh perasaan cinta romantis, melainkan sebagai respons terhadap tekanan sosial heteronormatif.
Istilah "lavender" dipilih karena warna ini berkaitan dengan komunitas LGBTQ+. Lavender merupakan salah satu warna dalam bendera komunitas queer yang terdiri dari warna lavender, putih, dan chartreuse (hijau kekuning-kuningan). Warna ini melambangkan keberagaman orientasi seksual yang berbeda dari norma heteroseksual.
Dalam konteks pernikahan lavender, kedua pasangan umumnya membuat kesepakatan untuk mempertahankan citra heteroseksual di depan publik. Mereka melakukan ini untuk memenuhi ekspektasi keluarga, masyarakat, atau untuk melindungi karier mereka dari dampak negatif stigma sosial.
Fenomena ini tidak hanya terbatas pada selebritas Hollywood, tetapi juga terjadi di berbagai kalangan masyarakat yang menghadapi tekanan serupa. Pernikahan lavender menjadi strategi bertahan hidup bagi individu yang tidak dapat mengekspresikan identitas seksual mereka secara terbuka karena berbagai faktor sosial, budaya, atau profesional.
2. Sejarah dan Perkembangan Lavender Marriage
			 
		
Lavender marriage pertama kali muncul pada tahun 1920-an di industri hiburan Hollywood. Pada era tersebut, orientasi seksual nonheteroseksual tidak hanya dianggap tabu, tetapi juga ilegal dan dapat menghancurkan karier seseorang. Studio-studio besar Hollywood bahkan mengatur pernikahan khusus untuk melindungi citra para bintang mereka.
Salah satu contoh terkenal adalah pernikahan antara aktor Rudolph Valentino dan aktris Jean Acker pada 6 November 1919. Keduanya dirumorkan memiliki orientasi homoseksual, namun Jean langsung menyesali keputusannya di malam pernikahan dan mengunci suaminya di kamar hotel. Pernikahan mereka bertahan beberapa waktu sebelum bercerai pada 4 Maret 1923.
Contoh lain yang sering disebutkan adalah pernikahan Judy Garland dengan Vincente Minnelli yang berlangsung selama 6 tahun. Judy mengetahui bahwa suaminya adalah gay, dan Minnelli juga menyadari bahwa istrinya mengetahui orientasi seksualnya. Setelah bercerai, Judy kembali menjalani lavender marriage dengan aktor Mark Herron yang saat itu menjalin hubungan dengan aktor Henry Brandon.
Fenomena ini tidak terbatas pada dunia hiburan. Bahkan anggota keluarga kerajaan seperti King Edward II dari Inggris juga menjalani lavender marriage dengan Queen Isabella, sementara perhatiannya tercurah pada Piers Gaveston, pacarnya. Ketika Piers tewas dihukum penggal, Edward II menjalin hubungan dengan Hugh Despenser, yang akhirnya membuat Queen Isabella meninggalkan kerajaan.
3. Alasan dan Motivasi Melakukan Lavender Marriage
			 
		
- Tekanan Keluarga dan Sosial - Banyak individu menghadapi tuntutan keluarga untuk menikah dengan lawan jenis demi meneruskan keturunan atau mempertahankan status sosial keluarga.
- Perlindungan Karier - Terutama bagi selebritas dan tokoh publik, lavender marriage menjadi cara untuk melindungi citra dan reputasi mereka di mata publik yang masih konservatif.
- Menghindari Stigma Sosial - Di masyarakat yang belum menerima keberagaman orientasi seksual, pernikahan ini menjadi pelindung dari diskriminasi dan perlakuan tidak adil.
- Akses Hukum dan Finansial - Beberapa negara memberikan akses khusus untuk pasangan menikah terkait manfaat kesehatan, warisan, pajak, dan hak-hak legal lainnya.
- Tekanan Budaya dan Agama - Norma budaya dan ajaran agama tertentu yang menuntut pernikahan heteroseksual mendorong individu untuk menyembunyikan orientasi seksual mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh KlikDokter, faktor-faktor ini sering kali saling berkaitan dan menciptakan tekanan berlapis yang membuat individu merasa tidak memiliki pilihan lain selain menjalani pernikahan lavender.
4. Mekanisme dan Cara Kerja Lavender Marriage
			 
		
Lavender marriage umumnya berjalan berdasarkan kesepakatan yang jelas antara kedua pihak. Mekanisme ini melibatkan beberapa aspek penting yang harus disepakati bersama untuk menjaga keharmonisan hubungan meskipun tanpa dasar cinta romantis.
Pertama, kedua pasangan harus mengadakan kesepakatan bersama yang transparan mengenai orientasi seksual masing-masing. Kejujuran ini penting untuk menghindari ekspektasi yang berbeda dan konflik di kemudian hari. Mereka juga perlu menetapkan batasan-batasan dalam hubungan dan cara berinteraksi di depan publik.
Kedua, aspek hukum dan keuangan menjadi pertimbangan penting. Pasangan perlu membahas pembagian aset, hak waris, manfaat kesehatan, dan kewajiban pajak. Di beberapa negara, status menikah memberikan keuntungan finansial dan legal yang tidak bisa diperoleh pasangan sesama jenis.
Ketiga, membangun ikatan persahabatan yang kuat menjadi kunci keberhasilan lavender marriage. Meskipun tidak ada hubungan romantis, saling mendukung dan memahami dapat membantu hubungan tetap harmonis. Keempat, jika memutuskan memiliki anak, kesepakatan pengasuhan yang sehat sangat diperlukan agar anak tetap tumbuh dalam lingkungan keluarga yang stabil.
5. Dampak Psikologis dan Kesehatan Mental
			 
		
Lavender marriage memberikan dampak psikologis yang signifikan bagi individu yang menjalaninya. Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh pasangan, tetapi juga dapat mempengaruhi keluarga, anak, dan lingkungan sosial mereka.
Dampak utama yang sering dialami adalah stres dan kecemasan kronis akibat harus menjaga citra palsu dan menyembunyikan identitas sebenarnya. Tekanan untuk mempertahankan kebohongan ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental, termasuk depresi dan gangguan kecemasan.
Kehilangan identitas menjadi masalah serius lainnya. Menekan diri untuk memenuhi ekspektasi sosial dapat membuat individu merasa kehilangan jati diri dan mengalami krisis identitas. Mereka mungkin merasa terasing dari komunitas LGBTQ+ sekaligus tidak sepenuhnya diterima dalam norma heteroseksual.
Ketidakpuasan emosional juga menjadi konsekuensi yang tidak terhindarkan. Hubungan tanpa cinta romantis menyebabkan kekosongan emosional dan frustasi. Pasangan mungkin merasa kesepian meskipun secara legal terikat dalam pernikahan. Isolasi sosial dapat terjadi ketika individu merasa tidak bisa berbagi pengalaman autentik mereka dengan orang lain.
6. Keberlanjutan dan Masa Depan Lavender Marriage
			 
		
Keberlanjutan lavender marriage sangat bergantung pada berbagai faktor internal dan eksternal. Secara statistik, banyak pernikahan jenis ini yang tidak bertahan lama dan berakhir dengan perceraian karena kurangnya ikatan emosional yang kuat.
Faktor utama yang mempengaruhi keberlangsungan adalah kurangnya ketertarikan romantis dan seksual yang kuat antara pasangan. Hubungan menjadi hambar dan rentan terhadap konflik karena tidak ada fondasi cinta yang mendalam. Tekanan hidup ganda untuk menyembunyikan identitas seksual juga membuat pernikahan sulit dipertahankan karena beban mental yang besar.
Namun, perubahan sikap masyarakat terhadap keberagaman orientasi seksual memberikan harapan baru. Penerimaan yang meningkat terhadap komunitas LGBTQ+ membuat banyak individu tidak perlu lagi menyembunyikan identitasnya. Legalisasi pernikahan sesama jenis di beberapa negara juga memberikan alternatif yang lebih autentik.
Di sisi lain, beberapa lavender marriage dapat bertahan jika didasari kesepakatan yang matang dan saling pengertian. Pasangan yang memahami tujuan pernikahan mereka untuk melindungi karier atau privasi, dan saling mendukung dalam mencapai tujuan tersebut, memiliki peluang lebih besar untuk mempertahankan hubungan mereka.
7. FAQ (Frequently Asked Questions)
			 
		
Apakah lavender marriage legal?
Ya, lavender marriage secara hukum adalah pernikahan yang sah antara laki-laki dan perempuan. Meskipun motivasinya berbeda dari pernikahan pada umumnya, secara legal tidak ada masalah selama memenuhi persyaratan pernikahan yang berlaku di negara tersebut.
Bisakah lavender marriage menghasilkan keturunan?
Secara biologis, pasangan dalam lavender marriage dapat memiliki anak melalui hubungan seksual atau teknologi reproduksi. Namun, keputusan ini biasanya didasari tekanan keluarga atau ekspektasi sosial, bukan keinginan romantis.
Apakah lavender marriage sama dengan pernikahan kontrak?
Meskipun keduanya melibatkan kesepakatan tertentu, lavender marriage secara khusus bertujuan menyembunyikan orientasi seksual nonheteroseksual, sedangkan pernikahan kontrak dapat memiliki berbagai motivasi lain seperti kepentingan bisnis atau kewarganegaraan.
Bagaimana cara mengenali lavender marriage?
Lavender marriage sulit dikenali dari luar karena pasangan berusaha menampilkan citra pernikahan normal. Namun, tanda-tandanya mungkin termasuk kurangnya keintiman publik, hubungan yang terkesan formal, atau rumor tentang orientasi seksual salah satu pasangan.
Apakah lavender marriage masih relevan di era modern?
Meskipun penerimaan terhadap LGBTQ+ meningkat, lavender marriage masih terjadi di masyarakat konservatif atau industri tertentu yang belum sepenuhnya menerima keberagaman orientasi seksual, terutama di kalangan selebritas dan tokoh publik.
Apa dampak lavender marriage terhadap anak?
Anak dari lavender marriage mungkin tumbuh dalam lingkungan yang kurang hangat secara emosional karena tidak ada cinta romantis antara orangtua. Mereka juga berisiko mengalami kebingungan jika mengetahui kebenaran tentang pernikahan orangtua mereka.
Bisakah lavender marriage berubah menjadi pernikahan yang sesungguhnya?
Sangat jarang terjadi karena orientasi seksual adalah aspek fundamental dari identitas seseorang. Meskipun pasangan dapat mengembangkan kasih sayang dan persahabatan yang mendalam, ketertarikan romantis dan seksual biasanya tidak berubah secara signifikan.
(kpl/fed)
Rizka Uzlifat
Advertisement
- 
								Teen - Lifestyle Musik Lirik Lengkap Lagu-Lagu Terpopuler Raisa Dari Masa Ke Masa  
 

 Liputan6.com
 Liputan6.com Kapanlagi.com
 Kapanlagi.com Bola.net
 Bola.net Bola.com
 Bola.com Merdeka.com
 Merdeka.com Fimela.com
 Fimela.com Brilio.net
 Brilio.net






 
										 
										 
										 
										 
										 
             
             
             
             
             
             
             
             
             
                             
                                     
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                             
                            